Minggu, 10 Mei 2009

Indonesia Butuh Pelayan bukan Pemimpin

Ajang perebutan kursi nomer satu di negeri ini akan segera berlangsung. riuh rendah menyambutnya santer tercerap oleh indera kita. Media massa mem-blow up habis-habisan beragam isu dan wacana terkait pemetaan kekuatan para capres. Padahal pemilu legislative masih menyisakan setumpuk prahara. Kisruh DPT, money politics, dan beragam kecurangan lainnya belum juga rampungTapi apa mau dikata, bangsa ini terlalu keras kepala untuk mau merampungkan masalah dengan sejernih-jernihnya hingga akhirnya masalah yang sama selalu saja terjadi di kemudian hari. Seiring massifnya pemberitaan tentang pilpres maka perhatian masyarakat pun beralih serta abai terhadap berbagai kecurangan pada pemilu legislative. Kini semua orang terkonsentrasi pada pembicaraan siapa yang layak duduk menjadi presiden. Satu hal yang patut dipertanyakan di tengah euphoria pembicaraan masyarkat tentang calon presiden, adakah para calon presiden juga berkenan bicara panjang lebar tentang berbagai masalah rakyat?

Jangan-jangan para calon presiden kita tak ubahnya seperti para selebritis, yang sering menjadi buah bibir di masyarakat namun enggan untuk membicarakan orang lain. Ini hanya sekedar urusan pembicaraan, belum ke ke tataran kerja nyata. Tugas presiden tentu saja tidak semata terbatas pada retorika, harus ada aksi nyata.

Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya sejak tahun 1945, namun adakah kemerdekaan itu telah membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi rakyatnya? Sepertinya jawaban yang cukup bijak untuk dilontarkan adalah belum sepenuhnya. Bahwa Negara ini belum juga lepas dari scenario busuk kolonialisme adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri yang menyebabkan bangsa ini dirundung derita yang berkepanjangan. 40 juta rakyat masih hidup di bawah garis kemiskinan, korupsi merajalela, kasus-kasus pelanggaran HAM yang menumpuk serta jurang kesenjangan yang kian lebar antara si miskin dan kaya adalah beberapa gambaran bahwa negeri ini memang terpuruk.

Memilih presiden yang bekerja untuk rakyat

Bangsa ini jelas butuh pemimpin yang tangguh, bukan pemimpin asal-asalan. Kompleksitas permasalahan yang melanda bangsa sudah pasti tidak akan bisa diselesaikan oleh pemimpin yang hanya piawai beretorika dan tebar pesona semata, sebagaimana yang sudah-sudah. Bangsa ini tidak butuh pemimpin yang bertekuk lutut pada kemauan barat, yang selanjutnya hanya bisa menjual asset-aset berharga milik bangsa. pemimpin bangsa macam diatas hanya bisa membuat bangsa ini larut dalam kebobrokan, mereka juga piawai melakukan pembohongan public dengan memanfaatkan media massa. Perbaikan hanyalah sebatas klaim semata sedang fakta di lapangan tetap saja bobrok.

Banyak perilaku nir-nurani yang dilakukan para pemimpin bangsa. di saat sekitar 40 juta rakyat terjerat kemiskinan di saat itu pula banyak pejabat yang meminta fasilitas-fasilitas mewah. Mobil mewah, rumah mewah dan berbagai macam tunjangan yang tidak masuk akal, sekedar mengedepankan kenikmatan pribadi. Ambil contoh, untuk tugas kepresidenannya presiden SBY menunggangi Mercedes s benz yang taksiran harganya sekitar 6-7 milyar rupiah. Simak pula perjalanan studi banding para anggota dewan yang juga menghabiskan dana bermilyar-milyar, padahal tak jarang kunjungan tersebut tak membuahkan hasil apa-apa kecuali sekedar perjalanan wisata semata dan tentu saja semuanya memakai uang rakyat.

Bangsa ini butuh pemimpin yang sekaligus pelayan bagi rakyatnya. Bukankah konsep demokrasi sudah menegaskan bahwa tugas pemimpin adalah semata-mata untuk melayani kepentingan rakyatnya. Mungkin segala kemewahan dan pemborosan yang dilakukan banyak pejabat di negeri ini terdengar biasa saja dan tak lagi dijadikan masalah oleh rakyat. Bukan karena rakyat mengamini tindakan mereka, namun karena kebebalan dan ketidakpedulian merekalah rakyat menjadi diam dan tak lagi mempersoalkan hal tersebut. Paradigma pemimpin adalah pelayan terjungkal sedemikian rupa dan berubah menjadi pemimpin yang menjadikan rakyatnya pelayan.

Fakta yang sangat menarik datang dari Negara Iran, seolah hendak menumbangkan paradigma bahwa seorang pejabat pemerintahan pantas dianugerahi bergelimang fasilitas. Mahmoud Ahmadinejad presiden Iran benar-benar mampu menunjukkan tindakan yang mencerminkan bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat. Televise Fox Amerika pernah bertanya kepada presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad “saat anda bercermin di pagi hari, apa yang anda katakan pada diri anda ?” Ahmadinejad menjawab, “ saya melihat seseorang di cermin dan berkata padanya, ‘ ingatlah, anda tidak lebih dari seorang pelayan kecil. Di depanmu hari ini ada tanggung jawab besar dan itu adalah melayani bangsa Iran ”. Ia juga mengungkapkan bahwa harta termewah yang dimilikinya adalah mobil Peogeot 504 buatan tahun 1977dan sebuah rumah kecil warisan ayahnya 40 tahun lalu yang terletak di salah satu daerah miskin di Teheran. Rekening tabungannya nol dan penghasilan yang diterima hanyalah gaji sebagai dosen sebesar kurang dari Rp 2.500.000,-. Ia juga tidak mengambil gajinya sebagai presiden (yang merupakan haknya). Alasannya seluruh kekayaan adalah milik Negara dan ia hanya bertugas menjaganya.

Hal lain yang membuat para staff kepresidenan kagum adalah tiap hari ia selalu membawa bekal sarapan beberapa potong roti sandwinch dengan minyak zaitun dan keju. Ahmadinejad menyantap dengan nikmat makanan buatan isteri tersebut Di sisi lain ia menghentikan semua makanan istimewa yang biasa disediakan untuk presiden. Ahmadinejad juga mengalihkan pesawat kepresidenan menjadi pesawat angkutan barang (cargo) dengan alasan untuk menghemat pengeluaran Negara. Presien juga memilih terbang dengan pesawat biasa di kelas ekonomi. Jikalau harus menginap di hotel ia selalu memastikan untuk tidak tidur dengan ruangan dan tempat tidur mewah. Alasannya ia tidak tidur di tempat tidur tetapi tidur di lantai beralaskan matras sederhana dan sepotong selimut.

Di balik kesederhanaan yang luar biasa tersebut Ahmadinejad adalah juga seorang dengan nyali besar untuk membela kebenaran. Kritik dan protes pedas sering ia alamatkan ke Negara kolonialis Amerika Serikat yang nyata-nyata telah membuat kesengsaraan bagi banyak penduduk dunia.

Kita semua tentu sangat berharap bangsa ini dikarunia pemimpin yang benar-benar mau bekerja untuk rakyat, yang menomorsatukan rakyat, dan yang melayani rakyat. Bukan sebaliknya. Namun adakah calon pemimpin seperti itu akan kita dapati pada pemilihan presiden yang akan digelar beberapa hari lagi ?



0 komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar

 
© free template by Blogspot tutorial