Rabu, 13 Mei 2009

Lomba Mewarnai Ramaikan Peringatan Hari Bumi


MAGELANG – Inditor kerusakan lingkungan bisa dicermati dari setiap musim. Jika musim kemarau kekurangan air dan ketika memasuki musim hujanterjadi banjir dan longsor. ‘’Hal-hal sederhana itu setidaknya menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kita sudah tak lagi seimbang. Ketika curah hujan tinggi tanah ini tak mampu lagi menyerap air karena banyak lahan gundul. Sehingga musim kemarau cadangan air tak ada dan banyak sumber air mati,’’kata Bhekti Wira Utama, Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang (LPM-UMM), dalam pembukaan peringatan Hari Bumi Sedunia di Auditorium kampus setempat, kemarin.
Dikatakannya, fenomena itu harus disikapi dengan arif dan melakukan berbagai aksi. Salah satunya melalui penyadaran bersama bertapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
‘’Penyadaran itu salah satunya dengan media seni dan budaya. Dengan digelarnya berbagai acara ini kami bermaksud mengugah kesadaran menjaga lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik,’’katanya.
Acara yang peringatan hari bumi sedunia yang didukung Environmental Services Program (ESP-USAID) Jateng-DIY dan Esakata berlangsung mulai Senin (20/4) hingga Rabu (22/4) di Auditorium UMM. Kemarin puluhan anak mengikuti lomba mewarnai dalam rentetan acara tersebut.
‘’Dengan lomba mewarnai ini akan menanamkan kecintaan lingkungan pada anak-anak. Diharapkan dengan kecintaan itu mereka akan tumbuh kembang sebagai generasi yang peduli terhadap alam,’’kata Bhekti.
Acara yang didukung Environmental Services Program (ESP-USAID) Jateng-DIY dan Esakata, lanjut dia, bertujuan menanamkan kecintaan lingkungan pada anak-anak dan generasi muda. Sehingga terbangun kesadaran untuk berbuat sesuatu yang berharga untuk kelestarian di masa mendatang.
Pembantu Rektor III UMM, Suharso SH MH, mengatakan sangat mendukung kegiatan yang menanamkan kecintaan kepada lingkungan. Dengan acara yang dikemas sederhana tapi meriah ini, sebagai proses pendidikan untuk merawat lingkungan dan alam.
Rentetan acara lainnya, pemeran buku, festival film, lomba mewarnai, dikusi film, pementasan musikalisasi puisi dan monolog. Pemutaran film lingkungan dari peserta lomba, Selasa (21/4) dimulai pukul 15.00. Sedikitnya 9 karya yang masuk nominasi akan diputar.
Selasa (21/4) mulai pukul 19.000, digelar pertunjukan. Monolog berjudul ‘’Masa depan tanpa ulang’’ karya Gepeng Nugroho. Mereka yang menampilkan musikalisasi Puisi, Teater Fajar UMM dan Alam Raya Institut. Musik Rupadatu mempersembahkan jimbe percution. Selain itu juga ada karya instalasi Caulil dan Hery Selot.
Rabu (22/4) malam, digelar malam penghargaan film lingkungan dan diskusi ‘’Menyelamatkan Bumi dengan Seni’’. Tampil sebagai pembicara Rumadi Ketua Forum Mentari dari Gunung Telomoyo, Ahmad Fauzan Hidayatullah pemerhati film dari Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) UNIKA Soegijapranata, Semarang dan Sigit Widodo, Watershed Management (WSM) Specialist Environmental Services Program (ESP-USAID) regional Jateng/DIY.



0 komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar

 
© free template by Blogspot tutorial