Magelang, Ruang film hanya sebagai media untuk memberikan pesan moral, tentang kampanye kelestarian lingkungan. Dengan harapan masayarakat terketuk hatinya untuk berbuat sesuatu untuk menyelematkan bumi ini dari kerusakan. ‘’Menggungah kesadaran melalui tayangan film akan lebih diterima, dari pada berkampanye dan rerotika yang sulit dipahami akal sehat,’’kata Ahmad Fauzan Hidayatullah, dari Magister Lingkungan dan Perkotaan Unika Soegijapranata, Semarang dalam acara diskusi ‘’Menyelamatkan Bumi dengan Seni’’ dalam rangka peringatan hari bumi sedunia, di Auditorium Kampus I Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM).
Dikatakaanya, murah memiliki peralatan digital, menjadikan masyarakat mudah untuk mengonsomsi berbagai media digital seperti VCD atau DVD. Fenomena itu akan menjadi ruang yang sangat penting bagi kampanye kelestarian malalui film.
Namun demikian, lanjut dia, isu lingkungan menjadi kurang menarik menjadi konsumsi masyarakat luas. Mungkin saja isu itu yang dianggap terlalu serius dan tak indah lagi dipertontonkan.
‘’Tapi upaya kegiatan seperti festival film lingkungan setidaknya menjadi sebuah awal untuk menanamkan virus kepada generasi muda. Ini nantinya akan menjadi gerakan yang besar jika semua bergeliat untuk memproduksi film tema-tema lingkungan,’’katanya.
Menurutnya, persoalan lingkungan yang dikemas dalam film dan karya seni lainnya nanti akan menjadi sebuah ‘’fashion’’ yang digandrungi masyarakat. Ini merupakan sebuah awal nantinya, masing-masing komunitas dan masyarakat akan secara serentak ngomong dan beraksi soal lingkungan, sesuai dengan kapasitas dan keahlian mereka.
‘’Jika generasi muda suka film, mereka memproduksi film yang memberikan pesan moral untuk berbuat sesuatu untuk penyelematan bumi. Ini akan berkelanjutan dan menjadi isu yang membumi,’’katanya.
Pembicara lainnya, Sigit Widodo, Watershed Management (WSM) Specialist Environmental Services Program (ESP-USAID) regional Jateng/DIY, mengatakan di dunia kini muncul apa yang disebut sebagai gejala hijau.
Gejala hijau itu, katanya, antara lain terdiri dari energi hijau,
ekonomi hijau, pekerjaan hijau, pendidikan hijau, perilaku hijau, dan
seni hijau.
‘’Gejala itu muncul dalam rangka membangun keseimbangan hidup manusia dengan alam,’’lanjutnya.
Gerakan itu, menurutnya, akan terus bergulir dan menjadi isu yang layak di jual dan indah untuk dinikmati. Tapi lebih dari, yang terpenting menurutnya, setelah gejala itu ada kesadaran bersama untuk aksi konservasi ditingkat lingkungan keluarga hingga cakupan yang lebih luas.
Acara yang diselenggarakan LPM-UMM, Esakata, didukung ESP Jateng-DIY dan Pemkot Magelang itu juga mengundang satu pembicara lagi, Ichsan Rumadi Ketua Forum Mentarli dari Gunung Andong. Dia memberikan penjelasan tentang aksi masyarakat lereng Telomoyo dan Andong untuk menyelematkan lingkungan.
Rabu, 13 Mei 2009
Diskusi Hari Bumi Ruang Film untuk Kelestarian Lingkungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar